Selasa, 17 April 2012

PENYEMBUHAN LUKA ( SANATIO VULNERA )


Setelah terjadi kerusakan jaringan akibat tindakan pembedahan atau aksidental, selalu diikuti dengan perubahan – perubahan molekular dan selular yang merupakan reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan jaringan tersebut.

Pada prinsipnya proses sanati ovulnera secara keseluruhan meliputi proses pembentukan jaringan fibrosa ( fibroplasia ) dan regenerasi epitel.

Fase penyembuhan luka meliputi :

1. Fase inflamasi.
Inflamasi merupakan respon vaskular dan selular terhadap kerusakan jaringan untuk mengatasi kontaminasi mikroorganisme, netralisasi iritasi dan meningkatkan eliminasi jaringan nekrotik. Hemoragi yang terjadi setelah terbentuk luka akan mengalir ke dalam luka, selanjutnya darah akan membeku dan mengering membentuk krusta yang melindungi permukaan luka. Segera setelah terbentuk luka akan diikuti proses keradangan akut yang ditandai denganmeningkatnya permea bilitas kapiler dan dalam waktu 12 jam akan terkumpul eksudat di dalam luka yang mengandung eritrosit, leukosit berinti polimorf, fibrin dan makrofag. 

Dalam 24 jam pertama akan terjadi pertambahan sel – sel polimorf yang selanjutnya akan dihancurkan dalam waktu 48 jam. Selanjutnya antara 24 - 72 jam diikuti proses fagositosis oleh aktivitas makrofag sehinggareruntuhan seluler akan tereliminer. Eliminasi jaringan nekrotik sangat dibutuhkan untuk mendorong penyembuhan luka secara normal. Vasokonstriksi pembuluh darah lokal merupakan respon awal terhadap kerusakan jaringan yang terjadi 5 - 10 menit. Selanjutnya terjadi vasodilatasi 30 - 60 menit setelahtrauma jaringan, endotel pembuluh darah yang mengalami kerusakan terlapisi oleh leukosit ( terutama bila terjadi pada pembuluh darah kecil ). Aktivitas fibro blastik berupa sekresi kolagen dan polisakarida protein yang membentuk jaringan granulasi terdapat pada tepi luka 24 jam setelah terbentuk luka dan jumlah fibroblas serta aktivitas mitotic maksimum terjadi setelah 72 jam. Sabut kolagen di dalam luka akan mengalami hialinisasi dan tampak membengkak,sehingga menimbulkan kebengkakan dan rasa nyeri pada luka. 

Histamin, serotonin dan kinin dilepaskan dari mast sel bekerja pada dinding pembuluh darah kapileryang mengakibatkan menurunnya pertautan sel - sel endothel pembuluh darah sehingga mast sel dapat keluar dari lumen pembuluh darah. Peranan prostaglandin E terjadi pada awal proses keradangan dan diakhiri dengan prostaglandin F danprostaglandin A yang berperan pada akhir reaksi keradangan ketika secara simultan terjadi perbaikan awal dari kerusakan jaringan.

2. Fase proliferasi.
Pada luka ringan akan terjadi reaksi keradangan akut selama 3 - 5 hari setelah terbentuk luka. Fibrin dan fibronektin merupakan dua faktor yang menstimulasi terjadinya fibroplasia. Fibronektin merupakan glikoprotein dengan berat molekul tinggi yang menstimulasi pembentukan fibrin dan kolagen. Aktivator plasminogen dari sel – sel endothel pembuluh darah yang rusak menstimulasi fibrinolisis. Fibrin yang berlebihan dapat menghambat migrasi fibroblas dan sel - sel epitel. Pembentukan kolagen oleh fibroblas akan mengeliminer fibrin dari permukaan luka. Aktivitas kolagenase dalam perkembangan sel - sel epithelial dibutuhkan untuk pengaturan kolagen. Fase fibroblastic ini berakhir 2 - 4 minggu atau tergantung lebar luka. Akhir fase ini ditandai dengan pembentukan kapiler - kapiler dan fibroblas serta terdapat kolagen.

3. Fase pemulihan jaringan.
Kolagen berperan pada proses penyembuhan selama beberapa minggu setelah proses penyembuhan. Sabut kolagen matur akan di resorbsi dan sabut kolagen yang baru akan terbentuk untuk memperkuat luka. Untuk penyembuhan sempurna pembentukan sel harus seimbang dengan absorbsi sel - sel. Pembentukan sel dengan percabangan baru dan pembentukan kolagen dengan proses hidrolisis, degradasi dan absorbsi. Akhir fase ini ditandai dengan pembentukan kolagen lebih sedikit dibandingkan pada awal proses penyembuhan. Pengerutan dari tepiluka mengakibatkan permukaan luka mengecil, namun demikian pengerutan ini bukanakibat proliferasi epitel atau pematangan parut luka.

Secara umum proses penyembuhan luka pada jaringan satu dengan yang lain sama,namun demikian terdapat beberapa perbedaan prinsip yang tetap harusdiperhatikan. 

Berikut adalah proses penyembuhan luka pada jaringan tubuh :

1. Tulang.
Pada tulang terdapat proses pematangan dan deferensiasi tulang yang berbeda di samping fase inflamasi dan kolagen. Secara seluler yang berperan pada penyembuhan tulang meliputi osteoblas, osteoklas, kondroblas dan kondroklas.

2. Kartilago.
Jaringan ini banyak dijumpai pada permukaan persendian, dimana kebutuhannutrisi diperoleh dari cairan sinovial. Oleh karena itu luka yang terjadi pada daerah persendian harus ditutup dengan balutan agar tidak terjadi kontak dengan udara yang pada akhirnya berakibat mengeringnya jaringan tersebut.

3. Tendon.
Tendon ditinjau dari lokasi anatomisnya ada yang terdapat di dalam membrane sinovial dan ada pula yang terletak diluar. Untuk proses penyembuhan tendon ini merupakan peran dari sel - sel fasia sekitar tendon dan tenoblas. Tendon yang dijahit dan tidak terletak di dalam membran sinovial akan mengalami penyembuhan dengan proliferasi sel - sel fasia sekitar dan proliferasi tenoblas dari tendontersebut. Sel - sel dari fasia bermigrasi ke dalam celah tendon yang rupturpada 2 - 3 hari pertama, kemudian setelah 7 hari tenoblas bermigrasi dan dalam14 hari telah dapat menutup celah tendon tersebut. Penyembuhan tendon yangterletak di dalam membran sinovial berasal dari aktivitas seluler membran danjaringan sekeliling. Pada 7 minggu telah terbentuk sel - sel tendon yang matur.

4. Muskulus.
Penyembuhan pada muskulus terjadi melalui pembentukan jaringan fibrosa dengan tidak mengalami proses regenerasi, sehingga meskipun dijahit tidak akan menimbulkan kekuatan pada luka.

5. Fasia.
Jaringan fasia bersifat tidak elastis maka akan menimbulkan tegangan pada luka, sehingga dibutuhkan jahitan penunjang sampai jaringan parut yangterbentuk menjadi kuat. Keadaan ini mengakibatkan terjadi pemanjangan waktu penyembuhan.

6. Mukosa.
Jaringan mukosa terdapat pada sistem organ dalam ( tractusgastrointestinal, tractus respiratorius, tractus urogenitalia ). Tindakan penyembuhan luka pada jaringan mukosa harus diusahakan agar lapisan mukosatidak terlalu banyak hilang karena hal ini akan menghambat penutupan luka. Untuk memberikan kekuatan luka hendaknya penjahitan lapisan sub mukosa harus dilakukan sebaik mungkin dan untuk lapisan serosa harus dijahit melipat kedalam ( inversi ).

0 komentar:

Posting Komentar