Senin, 30 April 2012

CANINE DISTEMPER


Canine distemper merupakan penyakit virus multisistemik disebabkan oleh canine distemper virus ( CDV ) yang menyerang sistem pernapasan, gastrointestinal, dan sistem saraf pusat.

Canine distemper merupakan salah satu penyakit menular yang kadang tak dapat disembuhkan dan sering fatal menimbulkan kematian pada anak anjing yang belum mendapat vaksinasi. CDV terjadi antar anjing domestik dan banyak binatang pemakan daging yang lain seperti rakun, skunks, dan srigala. Anak anjing muda umur antara 3 - 6 bulan paling peka terhadap infeksi CDV dan lebih mungkin menimbulkan kematian dibanding terinfeksi pada umur dewasa. Anjing dewasa yang tidak pernah memperoleh vaksinasi juga sangat peka terhadap infeksi CDV, terutama jika terjadi kontak langsung antara anjing yang belum di vaksin dengan anjing lain yang juga belum divaksin atau dengan binatang pemakan daging liar maka akan memperbesar resiko kejadian infeksi canin distemper.

Patogenesa canin distemper.
Makrofag ( sel yang berperan menghancurkan benda asing yang dapat memicu penyakit seperti virus dan bakteri ) membawa virus yang masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan menuju limfonodul ( dekat kelenjar getah bening ), tempat di mana virus mulai melakukan replikasi. Virus cepat menyebar melalui jaringan limfatik dan menginfeksi semua organ lymphoid dalam waktu 2 - 5 hari. Pada hari ke 6 - 9, virus sudah menyebar ke pembuluh darah dan kondisi ini disebut viremia, kemudian menyebar ke lapisan epitelium dari sistem pernapasan, gastrointestinal, urogenital, dan sistem saraf pusat, selanjutnya virus mulai melakukan kerusakan yang menyebabkan gejala penyakit.

Penularan canin distemper.
Anjing terinfeksi CDV melalui sekresi dan ekskresi, terutama hasil sekresi sistem pernapasan. Penularan primer melalui terhirupnya partikel virus ketika anjing bernapas. Anjing yang sudah sembuh dari canin distemper dapat terinfeksi kembali beberapa minggu setelah gejala menghilang, tetapi tidak akan terinfeksi lagi jika sekali ketika mereka sudah sepenuhnya sembuh. Manusia mungkin dapat terinfeksi CDV tetapi asymptomatik ( subclinical ), seseorang yang mendapat imunisasi campak juga akan terlindung dari CDV.

Gejala canin distemper.
Gejala awal meliputi demam, kehilangan selera makan dan radang ringan pada mata yang berlangsung 1 -2 hari. Jika gejala menjadi lebih nyata dan serius berarti penyakit semakin parah. Gejala utama adalah demam dengan suhu 103Âș - 106ÂșF yang umumnya mencapai puncak 3 - 6 hari setelah infeksi. Demam dapat hilang begitu saja dan mencapai puncak lagi beberapa hari kemudian. Anjing dapat mengalami discharge pada mata dan hidung, tampak depresi, dan kehilangan selera makan ( anorexia ). Setelah demam, gejala sangat bervariasi tergantung pada strain virus dan daya tahan tubuh anjing.

Beberapa anjing mengalami gejala yang berkaitan dengan sistem pencernaan dan sistem respirasi, sebagai berikut :
  1. Konjungtivitis.
  2. Diare.
  3. Demam.
  4. Pneumonia ( batuk, kesulitan bernafas ).
  5. Rhinitis.
  6. Vomit.
Gejala tersebut di atas sering diperburuk oleh adanya infeksi sekunder oleh bakteri. Anjing hampir selalu mengalami encephalomyelitis ( radang otak dan spinal cord ) sebagai perkembangan penyakit dengan gejala variabel dan progresif. Kebanyakan anjing yang mati karena distemper juga mengalami komplikasi neurological sebagai berikut : 
  1. Ataxia ( inkoordinasi otot ).
  2. Depresi.
  3. Hyperesthesia ( peningkatan sensitivitas terhadap rangsangan sensoris sperti nyeri atau sentuhan).
  4. Myoclonus ( kejang otot yang dapat menjadi kelumpuhan ).
  5. Paralysis.
  6. Paresis( paralysis tidak sempurna atau parsial ).
  7. Penurunan kemampuan mental secara progresif.
  8. Penurunan kemampuan motorik secara progresif.
  9. Seizures yang dapat mempengaruhi sebagian dari tubuh ( salah satu jenis seizures dapat mempengaruhi kepala, dan ini ciri khas gejala distemper yang dikenal sebagai " chewing gum fit ” sebab anjing nampak seperti makan permen karet ).
Beberapa anjing mengalami gejala pada mata sebagai berikut : 
  1. Radang pada mata ( keratoconjunctivitis pada kedua mata, radang kormea dan conjunctiva atau chorioretinitis, radang choroid dan retina ).
  2. Lesi pada retina ( lapisan paling dalam mata ).
  3. Neuritis ( radang saraf mata yang dapat menyebabkan kebutaan ).
Dua kondisi yang jarang terjadi tetapi dapat menyebabkan distemper menjadi kronis, bahkan pada anjing sudah sembuh adalah : 
  1. Hypoplasia email ( email gigi yang terkikis dengan cepat pada gigi anak anjing sehingga gigi permanen tidak tumbuh sempurna karena virus membunuh semua sel yang berkaitan dengan pembuatan email gigi ).
  2. Hyperkeratosis ( penebalan telapak kaki dan hidung ).
Infeksi CDV pada fetus melalui uterus jarang terjadi tetapi mungkin dapat terjadi karena dipicu faktor aborsi secara spontan, infeksi persisten pada anak anjing yang baru lahir, atau pada kelahiran normal anak anjing dapat mengalami perkembangan gejala dan mati dalam waktu 4 - 6 minggu. 

0 komentar:

Posting Komentar