Senin, 30 April 2012

ANESTRUS


Anestrus adalah suatu keadaan pada hewan betina yang tidak menunjukkan gejala birahi secara klinis dalam waktu lama.

Anestrus menurut kondisinya terbagi menjadi dua, yaitu : 

A. Anestrus normal.
Anestrus dikatakan normal jika pada alat reproduksi tidak terjadi kelainan sehingga proses reproduksi tidak terganggu, meliputi :

1. Anestrus prapubertas.
3 dari berat badan dewasa serta didukungdengan pemberian pakan yang cukup dan berkualitas baik./Keadaan dimana hewan betina yang masih dara gagal memperlihatkan gejala birahi pertama pada umur sekitar 6 - 13 bulan. Hewan betina yang masih dara akan menunjukkan birahi pertama bila berat badannya telah mencapai 2

2. Anestrus umur tua.
Anestrus pada hewan yang sudah tua terjadi karena fungsi endokrin dari kelenjar hipofisa anterior dan ovarium sudah mengalami penurunan dan sudah tidak berfungsi secara baik.

3. Anestrus pada periode laktasi.
Pada periode laktasi atau menyusui kadar hormon prolaktin tinggi dalam darah dan menyebabkan terjadinya korpus luteum persisten disertai gejala anestrus.

4. Anestrus diluar musim kawin.
Pada hewan betina yang dipelihara di negara dengan empat musim, birahi hanya muncul pada musim kawin yaitu musim dimana penyediaan pakan dan suhu udara serasi untuk terjadinya proses reproduksi.

5. Anestrus pada periode kebuntingan.
Kondisi anestrus diperlukan untuk menjaga kelangsungan kebuntingan sampai saat proses proses kelahiran.

6. Anestrus pasca kelahiran.
Anestrus berlangsung antara 30 - 35 hari pasca melahirkan karena pada periode ini uterus mengalami involusi yaitu uterus kembali menjadi normal setelah mengalami kebuntingan dankelahiran sebelumnya.

B. Anestrus abnormal.
Anestrus yang disertai dengan adanya abnormalitas pada salah satu alat kelamin betina dan terjadi gangguan proses reproduksi, meliputi :

1. Anestrus akibat adanya patologi uterus.
Radang uterus, tumor uterus, abses dinding uterus dan gangguan lain pada uterus menyebabkan adanya korpus luteum persisten sehingga kadar hormon progesteron tinggi dalam darah, hal ini menyebabkan hambatan terhadap sekresi hormon gonadotropin yang disertai folikel tidak berkembang pada ovarium.

2. Anestrus karena penyakit kelamin menular.
Berkaitan dengan adanya korpus luteum persisten sehingga kadar hormon progesteron tinggi dalam darah dan berlanjut pada kondisi anestrus.

3. Anestrus karena adanya ketidakseimbangan hormon reproduksi.
Anestrus selalu terjadi pada kekurangan hormon gonadotropin. Adanya kista luteal pada ovarium juga selalu disertai kondisi anestrus.

4. Anestrus karena kurang pakan.
Pakan dengan kualitas dan kuantitas yang rendah dapat menyebabkan penurunan fungsi kelenjar endokrin termasuk kelenjar hipofisa dan ovarium. Keadaan ini menyebabkan hipofungsi ovarium yang selalu diikuti gejala anestrus.

Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya anestrus : 

1. Umur.
Anestrus pada hewan betina yang masih muda disebabkan poros hypothalamus-hipofisa-anterior belum berfungsi secara baik, kelenjar hipofisa anterior belum cukup mampu menghasilkan hormon gonadotropin sehingga ovarium juga belum mampu menghasilkan hormon estrogen sebagai akibat belum terjadi pertumbuhan folikel yang sempurna.
Anestrus pada hewan betina yang telah berumur tua, poros hypothalamus-hipofisa-anterior telah mengalami perubahan dan penurunan fungsi sehingga mendorong berkurangnya sekresi hormon gonadotropin disertai dengan penurunan respon overium terhadap hormon gonadotropin tersebut.

2. Kebuntingan.
Hewan yang sedang bunting, pada ovarium terdapat korpus luteum graviditatum yang mampu menghasilkan hormon progesteron yang berperan menjaga kebuntingan dalam jumlah besar. Hormon progesteron menghambat kerja kelenjar hipofisa anterior karena adanya mekanisme umpan balik negatif dan disertai sekresi hormon gonadotropin yang menurun sehingga tidak mendorong pertumbuhan folikel baru pada ovarium ( karena tidak ada hormon estrogen yang dapat disekresi ). Keadaan ini yang menyebabkan birahi tidak timbul dan selalu dalam keadaan anestrus.

3. Laktasi.
Kadar hormon LTH atau prolaktin yang tinggi dalam darah pada hewan yang sedang laktasidapat mendorong terbentuknya korpus luteum persisten ( kelanjutan dari korpus luteum graviditatum yang ada pada waktu bunting ). Hal ini berkaitan dengan kadar progesteron dalam darah meningkat tajam sebagai mekanisme umpan balik negatif pada kelenjar hipofisa anterior dan menghambat sekresi hormon gonadotropin. Keadaan ini menyebabkan folikel baru tidak tumbuh dan tidak ada sekresi estrogen sehingga terjadi anestrus.

4. Pakan.
Ransum pakan kualitas dan kuantitas rendah seperti kekurangan lemak dan karbohidrat dapat mempengaruhi aktivitas ovarium sehingga menekan pertumbuhan folikel dan mendorong timbulnya anestrus, kekurangan protein mendorong terjadinya hipofungsi ovarium disertai anestrus.

5. Musim.
Pada musim panas kualitas hijauan pakan menjadi sangat menurun sehingga banyak dijumpai kasus anestrus akibat kekurangan asupan nutrisi. Musim dingin yang ekstrem juga mendorong terjadinya anestrus. Anestrus musiman banyak terjadi pada ternak kuda dan domba.
 
6. Lingkungan.
Lingkungan yang kurang serasi, kandang yang sempit , kurang ventilasi dapat menimbulkan stres yang memicu kondisi anestrus.

7. Patologi ovarium dan uterus.
Adanya kelainan pada uterus menyebabkan sekresi prostaglandin turun, akibatnya korpusluteum tetap ada pada ovarium sehingga terbentuk korpus luteum persisten yang memicu peningkatan kadar progesterone dalam darah disertai penurunan sekresi hormon gonadotropin. Kondisi ini menimbulkan perkembangan folikel baru dan kadar estrogen meningkat dalam darah sehingga menyebabkan muncul kasus anestrus.

8. Penyakit kronis.
Penyakit secara umum menyebabkan penurunan berat badan sebagai pemicu anestrus akibat kekurangan asupan nutrisi. Penyakit cacingan pada saluran pencernaan yang bersifat kronis sering disertai anestrus dalam jangka panjang. 

0 komentar:

Posting Komentar