Jumat, 13 April 2012

DEHYDRASI


Dehydrasi adalahdefisit cairan tubuh dan seringkali disertai hilangnya elektrolit dan perubahan pada keseimbangan asam basa dalam tubuh.

Kehilangan cairan yang berlebihan dapat terjadi karena adanya polyuria, vomit, diarrhea, hyperhidrosis, haemorhage, dysphasia,penyakit dan penyebab lain yang berkaitan dengan berkurangnya intake cairan.

Tanda klinis dehydrasi meliputi :
  • Penurunan dan hilangnya elastisitas kulit ( turgor ).
  • Membran mukosa kering.
  • Perpanjangan waktu pengisian kapiler ( capillary refill time) dengan waktu normal <>
  • Cardiovasculer collapse.
  • Adanya peningkatan PCV, protein plasma, berat jenis urin (urin specific gravity ) > 1,035.
  • Tingkat dehydrasiberdasarkan tanda klinis yang tampak adalah :
  • Tingkat dehydrasi <>
  • Tingkat dehydrasi 5 % ( ringan ). Turgor kulit menurun,membran mukosa kering.
  • Tingkat dehydrasi 7 - 8 % ( moderat ). Turgor kulit jelek,capillary refill time 2 - 3 dt, enopthalmus ringan, temperatur menurun.
  • Tingkat dehydrasi 10 - 12 % ( berat ). Turgor kulit sangatjelek, capillary refill time > 3 dt, enopthalmus berat, debilitas, kedtan otot, temperatur tubuh sangat menurun, pulsus lemah.
  • Tingkat dehydrasi 12 - 15 % ( berat sekali ).Shock dan kematian.

Koreksi terhadap ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa cairan tubuh dapat dilakukan dengan berdasarkan pada hal berikut :

A. Evaluasi status dehydrasi, kesimbangan elektrolit dan asam basa cairantubuh. Beberapa hal penting yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memutuskan perlu atau tidak diberikan terapi cairan, antara lain :

1. Berdasarkan pada anamnesa dan tanda klinis.

2. Status keseimbangan asam basa yang dapat diperkirakan berdasarkan gejalaklinis yang tampak seperti :
Diare akut merupakan kondisi acidosis metabolic.
Frekuensi repsirasi yang menurun merupakan alkalosis metabolic.
Penentuan status asam basa sangat penting untuk menghindari terjadinya kesalahn pemberian jenis cairan misal jika kondisi acidosis makacairan yang diberikan adalah alkalinizer.

3. Status elektrolit plasma terutamaion natrium, ion kalium dan ion chlor.
Kelemahan kondisi tubuh yang ekstrem merupakan manifestasi dari rendahnya kadar ion kalium danion calcium.
Jika terjadi hyperkalemia diberikan cairan yang bebas ionkalium.

4. Derajat dehydrasi.
Berdasarkan gejala klinis.
Gambaran darah ( PCV, BUN, konsentrasi plasma protein )merupakan perubahan yang terjadi dalam interval relatif pendek dan menunjukkan perubahan dari tingkat dehydrasi.

5. Tekanan osmosis.
Isotonisitas cairan merupakan hal yang sangat penting untuk menjamin berlangsungnya metabolisme normal. Distribusi cairan sangat dietitian oleh tekanan osmosis pada cairan ekstraseluler, sehingga secara sederhana dapat diukur tekanan osmosis cairan ekstraseluler dengan mengukur secara langsung menggunakan osmometer atau mengukur tekanan osmosis ion sodium. Hypoosmolaritas ( padakondisi hyponatremia ) dapat menyebabkan masuknya air dari ekstraseluler keintracellular yang dikenal dengan oedema sel. Hyperosmolaritas ( pada kondisihypernatremia, hyperglycemia ) menyebabkan keluarnya air dari intracellular keekstraseluler.

6. Keseimbangan asam basa.
Proses metabolisme normal tergantung pada stabilitas pH darah ( 7,4 ), jikaterjadi variasi pH darah lebih besar atau lebih kecil 0,3 ( 7,1 < pH< 7,7 ) maka akan sangat mengganggu proses metabolisme dan membahayakanjiwa pasien. Untuk mempertahankan stabilitas pH darah ada beberapa sistem buffer yang domelike tubuh antara lain sistem bicarbonate. Evaluasi terhadap keseimbangan asam basa ini sering dilakukan dengan evaluasi terhadap kadarbicarbonate dan pCO2 dalam darah. Kondisi asam basa yang dapat terjadi adalah :- Acidosis respiratorik. Penyakit yang disertai hypoventilasi menyebabkanterganggunya ekshalasi CO2 ( pCO2 meningkat ) akan menyebabkan meningkatnya kadar H+ dan kadar HCO3- menurun ( penyebab penurunan pH darah ). Untuk kompensasi hal tersebut maka absorbsi HCO3- dapat meningkat. Penyebab adalah anesthesia, pneumonia terminus. - Alkalosis respiratorik. Ekshalasi CO2 yang berlebihan ( hyperventilasi ) akan menyebabkan hilangnya ion H+ dan kadar HCO3-meningkat. Untuk kompensasi hal tersebut maka ekskresi HCO3- di ginjal dapatmeningkat ( terjadi peningkatan pH darah ). Penyebab adalah heat stroke,panting, hepatic encephalopathy. - Acidosis metabolic. Terjadi karenamenurunnya kadar HCO3- dalam plasma yang disebabkan oleh ikatan HCO3- dengan asam organik, hilangnya HCO3- secara berlebihan ( diarrhea, hypersalivasi ) danketidakmampuan ginjal untuk reabsorbsi. Kompensasi yang sering terjadi adalah dengan hyperventilasi sehingga HCO3- meningkat. Penyebab adalah diarrhea,shock, renal failure, uremia, diabetes mellitus, diabetic ketoacidosis. -Alkalosis metabolic. Terjadi karena meningkatnya kadar HCO3- dalam plasma sehingga pH darah meningkat. Kompensasi yang terjadi adalah dengan hypoventilasi untuk mempertahankan CO2 danmeningkatkan pH. Ekskresi HCO3- melalui ginjal sebagai pengganti filtrasi Cl-.Penyebab adalah vomiting, hepatic failure, acute pancreatitis. B. Kebutuhancairan tubuh. 

Perencanaan terhadap terapi cairan yang akan dilakukan harus mempertimbangkan beberapa hal penting yaitu : 
1. Koreksi terhadap deficitcairan yang terjadi. 
2. Jumlah cairan yang dibutuhkan sebagai cairanmaintenance/hari. 
3. Pemenuhan jumlah kehilangan cairan yang diperkirakan masihberlanjut. 

Deficit cairan ditentukan pada saat sebelum terapi denganpertimbangan derajat anamnesa dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaanlaboratorium. Jumlah cairan maintenance ditentukan pada saat pasien tidak mampumengkonsumsi cairan yang dibutuhkan sehari - hari sebagai pengganti dari cairanyang dikeluarkan. C. Jenis cairan yang diberikan. Penentuan cairan yang diberikan tergantung pada abnormalitas yang terjadi, secara umum cairan isotonis sering diberikan baik acidifier maupun alkalinizer. 

Jenis cairan yangsering direkomendasikan sebagai terapi cairan adalah : 
  • Dextrose 2,5 %.Cairan hypotonic digunakan pada kondisi dehydrasi hypernatremia. 
  • Dextrose 5%. Cairan isotonic digunakan pada kondisi dehydrasi hypernatremia. 
  • Dextrose10 %. Cairan hypertonic digunakan pada kondisi osmosis diuretik, hypoglycemia. 
  • Dextrose 20 %. Cairan hypertonic digunakan pada kondisi osmosis diuretik,hypoglycemia. 
  • Lactated ringer’s. Cairan isotonic berperan sebagaialkalinizer 
  • Ringer’s. Cairan isotonic berperan sebagai acidifier. 
  • Saline0,45 %. Cairan hypotonic digunakan pada kondisi dehydrasi hypernatremia. 
  • Saline 0,9 % Cairan isotonic digunakan pada kondisi dehydrasi hyponatremia. 
  • Sodium bicarbonat ( NaHCO3 ) 8,4 %. Cairan hypertonic digunakan sebagai koreksimetabolic acidosis berat. 
  • Potassium chloride ( KCl ) 15 %. Cairanhypertonic digunakan sebagai koreksi defisiensi potassium. 
  • Calciumgluconate.. Cairan hypertonic digunakan sebagai koreksi hypocalcaemia. 

D. Carapemberian cairan. 
Cara pemberian pada terapi cairan tergantung pada beberapafaktor antara lain kecepatan distribusi cairan dalam tubuh, kemampuan melakukanrestrain pada pasien dan jenis penyakit yang dihadapi. 

Cara pemberian terapiyang dapat dilakukan adalah : 
Per oral. Pemberian terapi cairan per oral merupakan cara yang aman, berlangsung secara normal fisiologis dan tidakmembuthkan peralatan bantu yang mahal. Pada kasus penyakit yang berkaitan dengan gangguan digesti dan hypovolemia berat cara ini kurang bermanfaat. 

Sub cutan. Cairan yang diberikan hanya cairan isotonic dan non irritant denganjumlah cairan yang sangat kecil. Absorbsi dan distribusi berlangsung secara lambat yakni 6 - 8 jam setelah pemberian sehingga hanya dilakukan jika koreksicairan secara cepat tidak diharapkan. 

Intravena. Keuntungan pemberian terapi cairan secara intravena adalah banyak volume cairan yang dapat diberikan.Pemberian kuantitas cairan yang tidak terkontrol dapat menyebabkanover hydratasi yang ditandai dengan kegelisahan, hyperpnoea, discharge nasalserous, oedema conjuctiva.

0 komentar:

Posting Komentar