Rabu, 02 Mei 2012

STERILISASI HEWAN KESAYANGAN


Sterilisasi di dunia kedokteran hewan lebih sering dilakukan pada anjing dan kucing dibanding dengan hewan lain.

Istilah sterilisasi hewan secara umum adalah kastrasi ( pengebirian atau pemandulan hewan jantan ) dengan prosedur pembedahan Orchiectomy dan spaying ( pengebirian atau pemandulan hewan betina ) dengan prosedur pembedahanOvariohysterectomy. Indikasi dilakukan sterilisasi sexual pada anjing dan kucing betina normal untuk mencegah estrus dan problem yang biasa menyertai seperti discharge berdarah pada anjing yang akan mengotori bulu daerah anal, kegaduhan yang ditimbulkan hewan jantan yang berdatangan untuk kawin, kecelakaan perkawinan dan kebuntingan yang menghasilkan anak anjing atau kucing yang tidak diinginkan. Sterilisasi sexual dilakukan pada anjing atau kucing jantan yang mempunyai kebiasaan – kebiasaan seperti suka bertengkar di malam hari, tidak bisa diam di rumah, membuat keributan ketika musim kawin.

ORCHIECTOMY
Orchiectomy atau orchidectomy adalah prosedur pembedahan untuk membuang testis dan spermatic cord.

Indikasi orchiectomy :
  • Sterilisasi sexual
  • Neoplasma
  • Trauma
  • Orchitis
  • Epididymitis kronis
  • Hypertrophy prostate, perianal adenoma dan perianal hernia
Tehnik pembedahan :
  1. Tehnik tertutup : cara membuang testis dan spermatic cord tanpa membuang tunika vaginalis. Anestesi yang digunakan anestesi local atau infiltrasi. Biasanya dilakukan pada anjing jenis kecil atau muda dengan berat kurang dari 20 kg dan juga pada kucing. Keuntungan cara ini adalah tidak dibukanya tunika vaginalis sehingga dapat menghindari kemungkinan terjadinya hernia skrotalis
  2. Tehnik terbuka : pada tehnik ini semua jaringan skrotum dan tunika vaginalis diinsisi dan testis, spermatic cord dibuang tanpa pembungkusnya ( tunika vaginalis ). Anestesi yang digunakan anestesi umum atau epidural. Tehnik ini biasa digunakan untuk anjing besar dan dewasa dengan berat badan lebih dari 20 kg. Keuntungan cara ini adalah ikatan pembuluh darahnya lebih pasti. Kerugian utama adalah dengan terbukanya tunika vaginalis berpeluang menyebabkan hernia skrotalis yang berisi usus karena adanya hubungan dengan rongga abdomen.

Tehnik orchiectomy pada kucing pada dasrnya sama dengan pada anjing yang membedakan adalah tempat insisi skrotum, yaitu pada kucing dilakukan secara longitudinal pada masing – masing testis.

OVARIOHYSTERECTOMY
Ovariohysterectomy adalah prosedur pembedahan untuk membuang uterus secara keseluruhan beserta adnexa, cornua dan ovarium.

Indikasi ovariohysterectomy :
  • Sterilisasi sexual
  • Penyakit ovarium seperti ovaritis, tumor ovarium
  • Penyakit uterus antara lain metritis, pyometra, hyperplasia endometrium, dystokia yang tidak ditangani, torsio uteri, prolapsus uteri.
  • Fistula perianal, hyperplasia vagina, diabetes, epilepsy
  • Gangguan endokrin yang dikaitkan dengan nymphomania, pseudocyesis, tumor kelenjar mammae, lesi kulit.
Ovariohysterectomy dapat dilakukan pada hampir semua fase siklus reproduksi, tetapi yang paling baik dilakukan sebelum pubertas dan selama fase anestrus. Ovariohysterectomy paling berbahaya dilakukan pada saat estrus dan pregnansi, serta pada betina tua yang gemuk. Umur 4 – 6 bulan merupakan waktu paling tepat untuk melakukan spaying karena hewan telah dapat di anestesi dengan relative aman. Pada anjing betina dewasa 3 -4 bulan setelah estrus dan 6 -8 minggu setelah melahirkan merupakan waktu yang tepat unutk dilakukan spaying.

Tehnik pembedahan dengan laparotomy yaitu suatu prosedur pembedahan unutk membuka rongga abdomen. Hewan harus dipuasakan lebih kurang 12 jam karena akan dilakukan anestesi umum.

Komplikasi ovariohysterectomy :
  • Perdarahan : akibat dari ligasi yang kurang sempurna dan tidak benar.
  • Infeksi : prosedur operasi dilakukan secara tidak aseptic sehingga dapat menyebabkan peritonitis.
  • Dehisensi luka insisi : kegagalan proses kesembuhan luka selama minggu pertama, hal ini sering dikarenakan hewan gemuk dengan kontaminasi luka operasi.
  • Estrus berulang : pembuangan ovarium yang kurang sempurna dapat menimbulkan gejala estrus pasca ovariohysterectomy, hal ini karena adanya sedikit saja jaringan ovarium akan meneruskan fungsinya dan estrus akan terjadi pada interval yang normal.
  • Pseudoestrus : tertariknya hewan jantan pada hewan betina yang ovariumnya telah diambil. Keadaan ini dikaitkan dengan adanya vulvitis kronis disertai discharge yang mengotori daerah perianal.
  • Inkontinensia urin : terjadi karena adhesi antara potonganuterus dan vesica urinaria sehingga terjadi gangguan fungsi sphincter.
  • Eunuchoid syndrome : perubahan tingkah laku dimana hewan lebih jinak, stamina menurun dan menurunnya ketertarikan pada hal – hal baru.

0 komentar:

Posting Komentar