Setelah terjadi
kerusakan jaringan akibat tindakan pembedahan atau aksidental, selalu diikuti
dengan perubahan – perubahan molekular dan selular yang merupakan reaksi tubuh
untuk memperbaiki kerusakan jaringan tersebut.
Pada prinsipnya proses
sanati ovulnera secara keseluruhan meliputi proses pembentukan jaringan fibrosa
( fibroplasia ) dan regenerasi epitel.
Fase penyembuhan luka
meliputi :
1. Fase inflamasi.
Inflamasi merupakan
respon vaskular dan selular terhadap kerusakan jaringan untuk mengatasi
kontaminasi mikroorganisme, netralisasi iritasi dan meningkatkan eliminasi
jaringan nekrotik. Hemoragi yang terjadi setelah terbentuk luka akan mengalir
ke dalam luka, selanjutnya darah akan membeku dan mengering membentuk krusta yang
melindungi permukaan luka. Segera setelah terbentuk luka akan diikuti proses
keradangan akut yang ditandai denganmeningkatnya permea bilitas kapiler dan
dalam waktu 12 jam akan terkumpul eksudat di dalam luka yang mengandung
eritrosit, leukosit berinti polimorf, fibrin dan makrofag.
Dalam 24 jam pertama
akan terjadi pertambahan sel – sel polimorf yang selanjutnya akan dihancurkan
dalam waktu 48 jam. Selanjutnya antara 24 - 72 jam diikuti proses fagositosis
oleh aktivitas makrofag sehinggareruntuhan seluler akan tereliminer. Eliminasi
jaringan nekrotik sangat dibutuhkan untuk mendorong penyembuhan luka secara
normal. Vasokonstriksi pembuluh darah lokal merupakan respon awal terhadap
kerusakan jaringan yang terjadi 5 - 10 menit. Selanjutnya terjadi vasodilatasi
30 - 60 menit setelahtrauma jaringan, endotel pembuluh darah yang mengalami
kerusakan terlapisi oleh leukosit ( terutama bila terjadi pada pembuluh darah
kecil ). Aktivitas fibro blastik berupa sekresi kolagen dan polisakarida
protein yang membentuk jaringan granulasi terdapat pada tepi luka 24 jam
setelah terbentuk luka dan jumlah fibroblas serta aktivitas mitotic maksimum
terjadi setelah 72 jam. Sabut kolagen di dalam luka akan mengalami hialinisasi
dan tampak membengkak,sehingga menimbulkan kebengkakan dan rasa nyeri pada
luka.
Histamin, serotonin dan kinin dilepaskan dari mast sel bekerja pada
dinding pembuluh darah kapileryang mengakibatkan menurunnya pertautan sel - sel
endothel pembuluh darah sehingga mast sel dapat keluar dari lumen pembuluh
darah. Peranan prostaglandin E terjadi pada awal proses keradangan dan diakhiri
dengan prostaglandin F danprostaglandin A yang berperan pada akhir reaksi
keradangan ketika secara simultan terjadi perbaikan awal dari kerusakan
jaringan.
2. Fase proliferasi.
Pada luka ringan akan
terjadi reaksi keradangan akut selama 3 - 5 hari setelah terbentuk luka. Fibrin
dan fibronektin merupakan dua faktor yang menstimulasi terjadinya fibroplasia.
Fibronektin merupakan glikoprotein dengan berat molekul tinggi yang
menstimulasi pembentukan fibrin dan kolagen. Aktivator plasminogen dari sel –
sel endothel pembuluh darah yang rusak menstimulasi fibrinolisis. Fibrin yang berlebihan
dapat menghambat migrasi fibroblas dan sel - sel epitel. Pembentukan kolagen
oleh fibroblas akan mengeliminer fibrin dari permukaan luka. Aktivitas kolagenase
dalam perkembangan sel - sel epithelial dibutuhkan untuk pengaturan kolagen.
Fase fibroblastic ini berakhir 2 - 4 minggu atau tergantung lebar luka. Akhir
fase ini ditandai dengan pembentukan kapiler - kapiler dan fibroblas serta
terdapat kolagen.
3. Fase pemulihan
jaringan.
Kolagen berperan pada
proses penyembuhan selama beberapa minggu setelah proses penyembuhan. Sabut
kolagen matur akan di resorbsi dan sabut kolagen yang baru akan terbentuk untuk
memperkuat luka. Untuk penyembuhan sempurna pembentukan sel harus seimbang
dengan absorbsi sel - sel. Pembentukan sel dengan percabangan baru dan
pembentukan kolagen dengan proses hidrolisis, degradasi dan absorbsi. Akhir
fase ini ditandai dengan pembentukan kolagen lebih sedikit dibandingkan pada
awal proses penyembuhan. Pengerutan dari tepiluka mengakibatkan permukaan luka
mengecil, namun demikian pengerutan ini bukanakibat proliferasi epitel atau
pematangan parut luka.
Secara umum proses
penyembuhan luka pada jaringan satu dengan yang lain sama,namun demikian
terdapat beberapa perbedaan prinsip yang tetap harusdiperhatikan.
Berikut
adalah proses penyembuhan luka pada jaringan tubuh :
1. Tulang.
Pada tulang terdapat
proses pematangan dan deferensiasi tulang yang berbeda di samping fase
inflamasi dan kolagen. Secara seluler yang berperan pada penyembuhan tulang
meliputi osteoblas, osteoklas, kondroblas dan kondroklas.
2. Kartilago.
Jaringan ini banyak
dijumpai pada permukaan persendian, dimana kebutuhannutrisi diperoleh dari
cairan sinovial. Oleh karena itu luka yang terjadi pada daerah persendian harus
ditutup dengan balutan agar tidak terjadi kontak dengan udara yang pada
akhirnya berakibat mengeringnya jaringan tersebut.
3. Tendon.
Tendon ditinjau dari
lokasi anatomisnya ada yang terdapat di dalam membrane sinovial dan ada pula
yang terletak diluar. Untuk proses penyembuhan tendon ini merupakan peran dari
sel - sel fasia sekitar tendon dan tenoblas. Tendon yang dijahit dan tidak
terletak di dalam membran sinovial akan mengalami penyembuhan dengan
proliferasi sel - sel fasia sekitar dan proliferasi tenoblas dari
tendontersebut. Sel - sel dari fasia bermigrasi ke dalam celah tendon yang
rupturpada 2 - 3 hari pertama, kemudian setelah 7 hari tenoblas bermigrasi dan
dalam14 hari telah dapat menutup celah tendon tersebut. Penyembuhan tendon
yangterletak di dalam membran sinovial berasal dari aktivitas seluler membran
danjaringan sekeliling. Pada 7 minggu telah terbentuk sel - sel tendon yang
matur.
4. Muskulus.
Penyembuhan pada
muskulus terjadi melalui pembentukan jaringan fibrosa dengan tidak mengalami
proses regenerasi, sehingga meskipun dijahit tidak akan menimbulkan kekuatan
pada luka.
5. Fasia.
Jaringan fasia bersifat
tidak elastis maka akan menimbulkan tegangan pada luka, sehingga dibutuhkan jahitan
penunjang sampai jaringan parut yangterbentuk menjadi kuat. Keadaan ini
mengakibatkan terjadi pemanjangan waktu penyembuhan.
6. Mukosa.
Jaringan mukosa
terdapat pada sistem organ dalam ( tractusgastrointestinal, tractus
respiratorius, tractus urogenitalia ). Tindakan penyembuhan luka pada jaringan
mukosa harus diusahakan agar lapisan mukosatidak terlalu banyak hilang karena
hal ini akan menghambat penutupan luka. Untuk memberikan kekuatan luka
hendaknya penjahitan lapisan sub mukosa harus dilakukan sebaik mungkin dan
untuk lapisan serosa harus dijahit melipat kedalam ( inversi ).
0 komentar:
Posting Komentar