Sterilisasi di dunia kedokteran hewan lebih
sering dilakukan pada anjing dan kucing dibanding dengan hewan lain.
Istilah sterilisasi hewan secara umum adalah kastrasi (
pengebirian atau pemandulan hewan jantan ) dengan prosedur pembedahan
Orchiectomy dan spaying ( pengebirian atau pemandulan hewan betina ) dengan
prosedur pembedahanOvariohysterectomy. Indikasi dilakukan sterilisasi sexual
pada anjing dan kucing betina normal untuk mencegah estrus dan problem yang
biasa menyertai seperti discharge berdarah pada anjing yang akan mengotori bulu
daerah anal, kegaduhan yang ditimbulkan hewan jantan yang berdatangan untuk
kawin, kecelakaan perkawinan dan kebuntingan yang menghasilkan anak anjing atau
kucing yang tidak diinginkan. Sterilisasi sexual dilakukan pada anjing atau
kucing jantan yang mempunyai kebiasaan – kebiasaan seperti suka bertengkar di
malam hari, tidak bisa diam di rumah, membuat keributan ketika musim kawin.
ORCHIECTOMY
Orchiectomy atau orchidectomy adalah prosedur pembedahan untuk membuang testis dan spermatic cord.
Indikasi orchiectomy :
ORCHIECTOMY
Orchiectomy atau orchidectomy adalah prosedur pembedahan untuk membuang testis dan spermatic cord.
Indikasi orchiectomy :
- Sterilisasi
sexual
- Neoplasma
- Trauma
- Orchitis
- Epididymitis
kronis
- Hypertrophy
prostate, perianal adenoma dan perianal hernia
Tehnik pembedahan :
- Tehnik tertutup : cara membuang testis dan spermatic cord tanpa membuang tunika vaginalis. Anestesi yang digunakan anestesi local atau infiltrasi. Biasanya dilakukan pada anjing jenis kecil atau muda dengan berat kurang dari 20 kg dan juga pada kucing. Keuntungan cara ini adalah tidak dibukanya tunika vaginalis sehingga dapat menghindari kemungkinan terjadinya hernia skrotalis
- Tehnik terbuka : pada tehnik ini semua jaringan skrotum dan tunika vaginalis diinsisi dan testis, spermatic cord dibuang tanpa pembungkusnya ( tunika vaginalis ). Anestesi yang digunakan anestesi umum atau epidural. Tehnik ini biasa digunakan untuk anjing besar dan dewasa dengan berat badan lebih dari 20 kg. Keuntungan cara ini adalah ikatan pembuluh darahnya lebih pasti. Kerugian utama adalah dengan terbukanya tunika vaginalis berpeluang menyebabkan hernia skrotalis yang berisi usus karena adanya hubungan dengan rongga abdomen.
Tehnik orchiectomy pada kucing pada dasrnya sama dengan pada anjing yang membedakan adalah tempat insisi skrotum, yaitu pada kucing dilakukan secara longitudinal pada masing – masing testis.
OVARIOHYSTERECTOMY
Ovariohysterectomy adalah prosedur pembedahan untuk membuang uterus secara keseluruhan beserta adnexa, cornua dan ovarium.
Indikasi ovariohysterectomy :
- Sterilisasi
sexual
- Penyakit
ovarium seperti ovaritis, tumor ovarium
- Penyakit
uterus antara lain metritis, pyometra, hyperplasia endometrium, dystokia
yang tidak ditangani, torsio uteri, prolapsus uteri.
- Fistula
perianal, hyperplasia vagina, diabetes, epilepsy
- Gangguan
endokrin yang dikaitkan dengan nymphomania, pseudocyesis, tumor kelenjar
mammae, lesi kulit.
Ovariohysterectomy dapat dilakukan pada hampir semua fase
siklus reproduksi, tetapi yang paling baik dilakukan sebelum pubertas dan
selama fase anestrus. Ovariohysterectomy paling berbahaya dilakukan pada saat
estrus dan pregnansi, serta pada betina tua yang gemuk. Umur 4 – 6 bulan
merupakan waktu paling tepat untuk melakukan spaying karena hewan telah dapat
di anestesi dengan relative aman. Pada anjing betina dewasa 3 -4 bulan setelah estrus
dan 6 -8 minggu setelah melahirkan merupakan waktu yang tepat unutk dilakukan
spaying.
Tehnik pembedahan dengan laparotomy yaitu suatu prosedur pembedahan unutk membuka rongga abdomen. Hewan harus dipuasakan lebih kurang 12 jam karena akan dilakukan anestesi umum.
Komplikasi ovariohysterectomy :
Tehnik pembedahan dengan laparotomy yaitu suatu prosedur pembedahan unutk membuka rongga abdomen. Hewan harus dipuasakan lebih kurang 12 jam karena akan dilakukan anestesi umum.
Komplikasi ovariohysterectomy :
- Perdarahan
: akibat dari ligasi yang kurang sempurna dan tidak benar.
- Infeksi
: prosedur operasi dilakukan secara tidak aseptic sehingga dapat
menyebabkan peritonitis.
- Dehisensi
luka insisi : kegagalan proses kesembuhan luka selama minggu pertama, hal
ini sering dikarenakan hewan gemuk dengan kontaminasi luka operasi.
- Estrus
berulang : pembuangan ovarium yang kurang sempurna dapat menimbulkan
gejala estrus pasca ovariohysterectomy, hal ini karena adanya sedikit saja
jaringan ovarium akan meneruskan fungsinya dan estrus akan terjadi pada
interval yang normal.
- Pseudoestrus
: tertariknya hewan jantan pada hewan betina yang ovariumnya telah
diambil. Keadaan ini dikaitkan dengan adanya vulvitis kronis disertai
discharge yang mengotori daerah perianal.
- Inkontinensia
urin : terjadi karena adhesi antara potonganuterus dan vesica urinaria
sehingga terjadi gangguan fungsi sphincter.
- Eunuchoid
syndrome : perubahan tingkah laku dimana hewan lebih jinak, stamina
menurun dan menurunnya ketertarikan pada hal – hal baru.
0 komentar:
Posting Komentar